Diposkan pada Books

The Perfect Muslimah

The Perfect Muslimah. Indah akhlaknya, teduh parasnya, brilian otaknya, mantap ilmu agamanya, luas pergaulannya, dahsyat prestasinya, hebat kontribusinya. Auratnya terjaga, pergaulannya terjaga, perilakuknya terjaga. Matanya berkilau oleh air mata takwa, bibirnya basah dengan untaian petuah, rambutnya tertutup oleh juluran jilbabnya. Bicaranya dakwah, pendengarannya tilawah, geraknya jihad fii sabilillah. Hatinya penuh zikir, otaknya penuh pikir, dipercantik oleh terjaganya lahir.

The Perfect Muslimah. Kaulah gemintang yang menghias langit yang pekat. Kaulah rembulan yang cahayanya teduh tak memanaskan. Kaulah bidadari bumi yang kelak jadi bidadari yang tercantik di surga.

The Perfect Muslimah. Temukan kisah-kisah inspiratif dalam buku ini.

– Kisah tentang seorang mahasiswi yang ingin hidup mandiri sehingga menolak uang beasiswa untuk kuliahnya.
– Rahasia seorang muslimah yang tiap semester selalu meraih indeks prestasi tertinggi di kampusnya, berhasil kuliah di luar negeri, dan kini menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi favorit.
– Kisah seorang mahasiswi yang otaknya makin brilian saat memutuskan menjadi hafidzah (penghafal qur`an).
– Perjalanan hidup gadis yang ingin sekali menikah tetapi Tuhan tak jua mengabulkan pintanya. Ia baru menemukan jodoh terbaiknya saat melaksanakan petuah seorang bijak.
– Muslimah yang dulunya bingung antara pilihan karir yang cerah dengan menjadi ibu rumah tangga yang hebat.
– Kisah seorang gadis remaja yang meraih nilai UAN tertinggi tingkat nasional usai merutinkan tahajud, sedekah, dan doa orang tua.

Diposkan pada Books

Udah Putusin Aja!

Cover buku dominan warna pink dengan gambar hati di ‘sobek-sobek’, jelas buku ini jadi buku yang gak biasa. Melihat covernya saya pikir saya akan diajak untuk beromantis ria atau bermerah jambu ala Islam sebagai lawan dari model pacaran zaman sekarang yang sudah kelewat bebas tanpa batas. Namun anggapan saya sudah salah sejak baca pengantarnya, yaitu isi email salah seorang wanita yang mengaku telah disantap kehormatannya gara-gara aktifitas pacaran. Wanita tersebut sekarang tobat dan menanyakan jika ada pria mengajaknya menikah, apakah wanita tersebut harus bilang kalau tidak perawan lagi?

Buku “Udah Putusin Aja!” ini mengupas tentang maksiat pacaran di dalam Islam dan bagaimana menghindarinya. Pacaran memang tak selamanya berujung pada zina, namun semua zina berawal dari pacaran!

Islam tidak pernah mengharamkan cinta. Islam mengarahkan cinta agar ia berjalan pada koridornya. Bila bicara cinta di antara lawan jenis, satu-satunya jalan adalah dengan pernikahan, yang dengannya cinta menjadi halal dan penuh keberkahan. Sebaliknya, Islam melarang keras segala jenis interaksi cinta yang tiada halal. Bukan karena apa pun, tapi karena Islam adalah agama yang memuliakan manusia dan mencegah kerusakan-kerusakan yang akan terjadi pada diri manusia itu sendiri.

Sialnya, kaum Muslim kini hidup dalam kungkungan masyarakat yang sebagian besar salah kaprah dalam cinta. Karenanya tidak dikenal lagi kesakralan pernikahan dan kesucian diri, apalagi kehormatan dan kemuliaan jiwa. Semua sudah terganti dengan pergaulan bebas, ada yang menyebutnya pacaran, teman tapi mesra, dibalut dalam alasan kakak-adik, teman dekat, ataupun yang lainnya.

UdahPutusinAja, sebab apa pun namanya, kelak akan bersaksi seluruh bagian tubuh di depan Allah. Karenanya, sedari dini mari mendidik cinta, mengajarinya agar ia bersemi dalam taat, bukan direndahkan oleh maksiat. Ajarkan cinta agar ia benar hingga membuat pemiliknya terhormat, bukan nista yang ditanggung karena terbuai cinta yang terlaknat.

Pasangan yang baik datang dari awal yang baik. Tidak akan pernah bertemu lelaki yang baik agamanya dan saleh dalam ibadahnya dengan jalan maksiat bernama pacaran.

Diposkan pada Books

Tuhan,Maaf Kami Sedang Sibuk

Tuhan, harap maklumi kami, manusia-manusia yang begitu banyak kegiatan.
Kami benar-benar sibuk, sehingga kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk-Mu.


Tuhan, kami sangat sibuk.
Jangankan berjamaah, bahkan munfarid pun kami tunda-tunda.
Jangankan rawatib, zikir, berdoa, tahajud, bahkan kewajiban-Mu yang lima waktu saja sudah sangat memberatkan kami.
Jangankan puasa Senin-Kamis, jangankan ayyaamul baith, jangankan puasa nabi Daud, bahkan puasa Ramadhan saja kami sering mengeluh.

Tuhan, maafkan kami, kebutuhan kami di dunia ini masih sangatlah banyak, sehingga kami sangat kesulitan menyisihkan sebagian harta untuk bekal kami di alam abadi-Mu.
Jangankah sedekah, jangankan jariyah, bahkan mengeluarkan zakat yang wajib saja seringkali terlupa.

Tuhan, urusan-urusan dunia kami masih amatlah banyak.
Jadwal kami masih amatlah padat.
Kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk mencari bekal menghadap-Mu.

Kami masih belum bisa meluangkan waktu untuk khusyuk dalam rukuk, menyungkur sujud, menangis, mengiba, berdoa, dan mendekatkan jiwa sedekat mungkin dengan-Mu.

Tuhan, tolong, jangan dulu Engkau menyuruh Izrail untuk mengambil nyawa kami. Karena kami masih terlalu sibuk.

Berapa jam dalam sehari, sempatkan waktu mu untuk beribadah dan berkomunikasi dengan allah ? berapa penghasilan yang kamu sisihkan dalam sebulan untuk bersedekah ? Dua dari pertanyaan pertanyaan itu sudah menunjukkan karakter kita yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk urusan dunia dibandingkan akhirat. Bahkan untuk beribadah dan berkomunikasi dengan Allah saja kita harus menyempatkannya.

Dalam Buku Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk ini  pembaca akan disuguhi beragam kisah menarik yang sarat dengan makna dan pembelajaran, khususnya bagi orang-orang yang selama ini menganggap dirinya “terlalu sibuk” hanya sekadar untuk meluangkan waktu menghadap kepada-Nya.